Maaf kalian harus menerima resiko bahwa gue sedang suka menonton ulang film-film yang sempat ditonton zaman  dulu. Film ini gak gitu slasher dan cringe, sih. Lebih ke crime dan horror menurut gue. Gue pertama kali nonton ini SMP apa ya? Ramean di kelas tentu saja karena gue penakut. Xixixi.

Iya, SMP. Gue inget nontonnya sama siapa aja. Judulnya Death Bell, dirilis tahun 2008. Inget banget karena yang main Kim Bum uwuwuwu. Tahun-tahun SMP gue (2009-2012) itu tahun-tahun hypenya Korea. Mulai menjamur Super Junior, Shinee, SNSD, dan aktor-aktornya juga. Ya kalian semua tahu sebelum tahun yang Korea-koreaan mulai hype, dulu kita sudah lebih dulu gandrung sama Je-Jepang-an, Ci-Cina-an, Espanola dan Meksiko. Ngaku aja kalian pasti tau Meteor Garden, Death Note, Rosalinda, Marimar, Amigos, sampai Dulce Maria.

Kalau kalian gak tau ya kalian gak seangkatan sama gue guys mohon maaf. Okay jadi film ini berkisah tentang suatu peristiwa di sekolah unggulan di Korea Selatan. 

Funfact, dulu gue anak RSBI. Di luar semua kontroversinya, intinya perbedaan kelas RSBI dan reguler ini tuh yang paling krusial ya 2 hal, jumlah murid dan jumlah jam pelajaran. Jumlah murid anak RSBI maksimal hanya 30 orang dan selalu ada mata pelajaran tambahan. Misal, anak-anak reguler pulang jam 12. Nah, anak-anak RSBI pulang jam 2 karena ada pelajaran tambahan yang pakai kurikulum internasional gitu (MTK, Inggris, sama IPA)

Nah, nasib serupa dialami sama 30 siswa di film ini. Ceritanya, mereka ini 30 siswa terbaik (30 ranking tertinggi di kelas 12) -eh gue ga yakin sih sama jumlahnya, tapi yaudahlah. Intinya siswa-siswi ini yang mendapatkan hak untuk mengikuti program “Kelas Tambahan” dalam upaya melancarkan SBMPTN lah. Mereka kan anak SMA kelas 3, jadi biar bisa masuk ke PTN Favorit gitu mereka dapet pelajaran tambahan gratis dari sekolah. Kebanyakan dari mereka tentu bete, karena yang lain mah liburan, mereka mah masih sekolah.

Baru hari pertama, udah kena teror. Di jam pelajaran, tiba-tiba bunyi bel yang aneh dan gak kaya biasa. Gak taunya, eh…

TV di kelas nampilin salah seorang siswa yang udah dikurung aja di aquarium gede. Haaa Mamam tuh anak ambis. 

Semua orang jadi pada bingung dan panik, dong. 

Apaan tuh? apaan tuh?

Pas lagi bertanya-tanya, udah ada instruksi lagi buat ngejawab pertanyaan buat nyelamatin itu anak 1.

Hadeuh, lagi panik disuruh mikir. Kalang kabut lah siswa keluar. Ternyata semua pintu keluar-masuk udah ditutup, sambungan telepon udah diputus, mampusnya lagi, HP siswa sebelum kelas itu dikumpulin dan hilang. Mau gak mau ya harus bertahan. Gitu aja terus sampai beberapa hari kemudian. 

Plot Twist yang ada di film ini standar, sih, karena dari awal kayanya udah banyak celah yang membuka kemungkinan pelakunya itu “Si Itu”. Jadi intinya yang melakukan semua teror ini adalah orang tua Jiwon. Yaps, jadi Jiwon ini ceritanya seorang siswi yang depresi karena dia gak bisa dapat beasiswa di semester itu sampai meninggal karena dibunuh guru. Usut punya usut, si Guru ini menerima suap gitu dari wali murid yang kaya dengan cara menjual kunci jawaban ujian gitu. Ya otomatis lah yang ranking anak-anak yang beli kunci jawaban. Kurang lebih gitu, lah. 

Filmnya biasa aja, actingnya juga standar tapi konsep ceritanya cukup segar dan relate pada masa itu -sampai sekarang. Cocok buat ditonton untuk ngabisin waktu gabut.