Pencarian rumah sakit setelah di”buang” RS sebelumnya tentu tidak berakhir sampai di situ. Berpikir ribut dengan admissions staff di RS Swasta yang satu itu =gak ada fungsinya, saya mikir untuk lanjut cari RS Swasta yang lain di Kertabumi.
Sayang, seperti yang saya duga, gak ada juga. Tentu aja RS terlebih dahulu mementingkan orang-orang yang dari awal langsung daftar ke sana, bukan nerima “pasien” dari RS lain.
Ya gampangnya, kamu pasti akan memilih pacar yang memang berjuang mengejarmu di awal, kan? Bukan memilih dia yang setelah ditolak si ono, baru ke kamu.
Meskipun analoginya gak fair, anggaplah gampangnya seperti itu lah.Akhirnya, saya mulai berpikir “Oh, begini susahnya berobat pake BPJS. Baiklah saya berpikir inilah saatnya ke RSUD.” Ya kan sama-sama pemerintah pokoknya. Kalau kalian mikir saya bodoh, ya memang😍
Waktu itu sudah lepas maghrib, saya masih pakai baju kantor dan maaf-maaf nih, agak kucel dengan rambut dikuncir pakai karet nasi uduk. Ini serius ya. Sampailah saya di RSUD. Masuk lah saya lewat pintu samping karena pintu depan lagi ada perbaikan. Saya liat pasien diluar semua. Yang gak dapet bed, itu semua diluar. Yang saya ceritain di sini semua fakta, ya. Dan saya ingat detail yang saya alami dan saya dengar malam itu. Masuk lah saya. Saya cari kira-kira yang bisa saya tanya, lah. Ternyata ada mas-mas yang sedang duduk, pakai baju serba hijau ala-ala tenaga kesehatan, lah.
Dia liatin saya dari atas sampai bawah, ke atas ke bawah lagi. Dia nanya,
“Mau apa?”
Saya gak tau, ya. Apakah pertanyaan “Mau apa?” Itu wajar atau layak di dunia kesehatan untuk saya orang awam ini? Tapi yang jelas dan yang saya rasakan, ketika kerja ke restoran/hotel, saya gak akan tuh bilang “Mau apa?” ke pengunjung. Ditambah, saya gak mungkin ngeliatin dulu dia dari atas-bawah, dan dari bawah-atas. Itu gak sopan buat pegawai resto/hotel.
Sadar saya gak bisa buang waktu untuk ngeributin hal itu, saya langsung bilang,
“Ini, pak. Saya rujukan dari RS blablabla.“
Kamu tau apa yang dikatakan? Dengan dagu diangkat, dia bilang dengan nada membentak
“Rujukan apa?! Ini namanya bukan rujukan! Ini mah RS blablabla ngelepas pasien, lepas tanggung jawab!”
Makin marah lah saya.
Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/3096293486832228/