“Pemikiran gue, ya. Lu punya uang, lu punya kuasa…”
Akhir-akhir ini, saya sering merasa sedih karena ternyata menjelang bayar kos-kosan sudah jatuh tempo, tanpa sengaja saya membuka akun Youtoube yang diberi judul Tentang Manusia dan Akalnya-Bayem Sore.
Petikan kalimat di awal tulisan tentu tidak asing lagi dan menjadi viral. Bahkan, banyak yang memarodikan dengan tujuan yang berbeda-beda juga. Ada yang ingin meningkatkan followers, tak jarang juga dijadikan sebagai batu loncatan untuk pansos. Ya gak beda jauh lah sama saya yang juga berharap ingin membeli mobil Pajero dari hasil tulisan ini.
Tidak hanya itu, Bayem Sore dihujat oleh para netizen. Konten yang mereka buat itu tidak berisi, katanya. Padahal, menurut saya ini kontradiksi. Kalau memang tidak berisi kenapa harus ditonton atau bahkan memarodikannya? Tinggal skip aja, selesai. Apa masyarakat kita senang melihat kebodohan yang dipertontonkan? Entahlah.
Padahal apabila kita resapi secara holistik, maka kita akan menemukan kedalaman berpikir dari pemikiran yang dianggap seadanya. Nyatanya menghasilkan sebuah pemikiran yang luar biasa.
Bayam Sore memulai obrolan secara ringan dengan pertanyaan sederhana.
“Sebenarnya yang orang-orang kejar itu apa sih?”
“Gue ngomongin secara kebanyakan ya. Pertama ada orang yang mengejar materi. Kedua lebih ke tujuan hidup pada hakikat hidup sebenarnya. Misalnya bermanfaat bagi orang lain, berbakti pada orang tua, dekat sama Tuhan lu.”
“Cara mendapatkan materi ketika lu menghalalkan segala cara untuk mendapatkan materi itu.”
“Kenapa sih orang-orang mendapatkan materi tapi tidak dengan cara- cara yang baik. Sementok-mentonya orang pasti apapun lah. Menurut gue ya, karena adanya faktor kebutuhan yang lu penuhi dan lu gak bisa mendapatkan uang itu.”
Nah, kutipan tersebut merupakan bagian dari konten Bayam Sore. Pada awal video, mereka memulai dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Sebenarnya yang orang sering tanyakan apa sih? Berawal dari tujuan hidup. Padahal kalau menurut saya yang orang Islam sudah jelas bahwa tujuan hidup kita ya untuk beribadah kepada Tuhan (tapi gak tau sih kalau editor gimana, hehe).
Yang selanjutnya dibahas kemudian adalah 2 variabel tujuan hidup orang kebanyakan, yaitu materi dan hakikat hidup yang sebenarnya. Apabila membicarakan ataupun mengejar materi, ya tidak akan ada habisnya. Namun di sisi lain kita juga butuh materi. Hal inilah yang membuat sebuah paradoks dalam hidup kita.
Kaya itu bukan seberapa banyak uang yang dipunya. Misal kita punya modal dan usaha. Kaya dari lahir. Kaya karena keturunan orang tua. Bisa jadi menang dalam pemikiran. Hal inilah yang menjadi sebuah perbedaan caranya seseorang bertahan menghadapi masalah.
Jika terdapat permasalahan yang tidak bisa diselesaikan dengan uang, orang kaya karena dari orang tua bisa jadi mereka tidak bisa menyelesaikannya. Sementara orang yang kaya karena proses dan kerja kerasnya sendiri, ketika ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan dengan uang, dia bisa menyelesaikannya. Poinnya yang saya dapat adalah kaya itu soal mindset. Bukan melulu tentang harta. Kaya soal pemikiran. Kaya soal relasi dan kaya soal pengalaman dan permasalahan hidup.
Sementara di akhir video saya mendapatkan insight lagi. Setiap orang punya jalan dan permasalahan yang berbeda-beda. Janganlah menggunakan sebuah kacamata kuda dari satu sisi saja. Orang-orang Indonesia adalah kebanyakan dari mereka suka dengan kebodohan. Semakin kita terlihat bodoh maka akan semakin viral dan disukai.
Hal inilah kita seharusnya mempunyai filter terhadap era digital dan era disrupsi saat ini. Pola pikir untuk terus belajar dan pandai menempatkan pengetahuan pada posisi yang seharusnya. Jadi hidup itu mengalir dan santai saja, tapi tidak terbawa arus. Kalau kata filsafat Jawa sih, Anglaras ilining banyu angeli, ananging ora keli. Berarti menyesuaikan mengalirnya air, sengaja mengikuti arus tetapi tidak terbawa arus.