Sebanyak 350 warga Dusun Tanjungsari, Desa Sedari, Kecamatan Cibuaya, Karawang, sedang mendapat “pukulan keras” saat ini. Banjir rob melumat wilayah tersebut selama kurang lebih satu bulan terakhir, membuat rutinitas warga seperti tak berdaya. Banjir rob adalah fenomena ketika genangan air laut meluap ke daratan akibat abrasi.
Menurut KBBI, abrasi adalah ketika air, es, atau angin mengikis bagian batuan. Dalam konteks ini adalah batuan pantai. Abrasi dan banjir rob adalah masalah yang akrab bagi warga pesisir seperti Dusun Tanjungsari—terlebih bagi para siswa.
Laporan Kompas menyebutkan, dampak banjir rob bahkan dirasakan oleh siswa SMP dan SMA. Mereka yang bersekolah di luar daerah terpaksa menggunakan perahu bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karawang untuk menyeberang. Ini memprihatinkan. Pendidikan adalah hal mendasar, dan seharusnya mereka bisa menikmati perjalanan yang lebih layak untuk menuntut ilmu.
Tentu saja, itu baru salah satu dari banyak masalah yang muncul akibat banjir rob. Ada pula isu kurangnya ketersediaan air bersih, risiko infeksi penyakit, dan sebagainya. Semua ini berdampak langsung pada kesejahteraan mereka.
Minimnya air bersih, misalnya, menimbulkan gatal-gatal dan meningkatkan angka stunting akibat infeksi bakteri yang menghambat tumbuh kembang anak.
Bayangkan, kamu lagi dikejar deadline kerja, tapi harus menggaruk leher yang gatal-gatal karena air tercemar—kerja buat korporatnya jadi nggak fokus, kan? Hehehe. Atau, bayangkan kamu punya anak, sudah keluar banyak tenaga dan uang untuk kebutuhan mereka, tapi tumbuh kembangnya terganggu hanya karena air kotor. Sayang banget sih ini.
Belum lagi ancaman infeksi penyakit. Banjir memicu berbagai penyakit berbahaya seperti demam berdarah dengue (DBD), yang bisa berakibat fatal jika tak ditangani dengan baik.
Kita perlu mengevaluasi penyebab abrasi di pantai Karawang dan mencari solusi agar masalah banjir rob di wilayah ini bisa teratasi.
Andil Perubahan Iklim dalam Banjir Rob Karawang
Minpang meyakini bahwa perubahan iklim memiliki peran besar dalam banjir rob di Karawang. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), perubahan iklim adalah perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang.
Dalam praktiknya, perubahan iklim terjadi akibat lonjakan emisi karbon dari pabrik, kendaraan pribadi, dan transportasi publik, yang semakin meningkatkan suhu bumi. Data Copernicus Climate Change Service menunjukkan bahwa suhu bumi pada 2024 mencapai rekor 1,5°C lebih panas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Ini adalah tanda bahwa perubahan iklim sudah sangat mengkhawatirkan.
Peningkatan suhu bumi menyebabkan pencairan es di kutub, yang berkontribusi pada kenaikan volume air laut. BMKG mencatat bahwa air laut di Indonesia naik 0,8 cm hingga 1,2 cm setiap tahunnya. Artinya, dalam skenario terburuk, kenaikan bisa mencapai 12 cm dalam satu dekade.
Selain itu, suhu panas juga mempercepat penguapan air laut, menghasilkan awan hujan yang melimpah.
Imbasnya? Saat musim hujan seperti sekarang, masyarakat pesisir Karawang dihantam air laut yang meluap, ditambah intensitas hujan yang tinggi. Banjir parah menjadi tak terelakkan.
Urgensi Pengurangan Emisi Karbon
Seperti yang sudah dijelaskan, banjir rob berakar pada abrasi, dan abrasi dipicu oleh perubahan iklim akibat tingginya emisi karbon. Maka, solusi yang masuk akal adalah mengurangi emisi karbon. Kita perlu mendorong pemerintah untuk benar-benar melaksanakan Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim, yang telah diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016.
Minpang mengusulkan perlunya transisi moda transportasi dan energi. Mulailah gunakan kendaraan listrik secara bertahap untuk menggantikan kendaraan berbahan bakar fosil. Mulai pelan-pelan beralih dari pembangkit listrik tenaga batu bara ke energi yang lebih ramah lingkungan. Dengan langkah ini, emisi karbon dapat ditekan, sehingga pemanasan global tidak terus meningkat secara signifikan.
Solusi ini membutuhkan kolaborasi banyak pihak. Pemerintah harus memperketat regulasi emisi karbon. Masyarakat perlu sadar untuk menggunakan peralatan yang lebih ramah lingkungan. Penegak hukum juga harus tegas menindak perusakan alam.
Semoga Karawang bisa segera membaik. Semoga.