Profil Singkat
Muhammad Hidayatullah, atau akrab disapa Bang Koy, lahir pada 17 Januari 1996 di Purwakarta. Ia tumbuh besar di luar Plered, memulai pendidikan kuliah di STT Wastukancana di jurusan Informatika pada 2017 dan lulus pada tahun 2022 (lebih satu tahun karena fokus mengurus BEM). Ketertarikannya pada politik dimulai dari perannya sebagai koordinator di BEM Aliansi Purwakarta, yang menurutnya telah banyak membentuk wawasan dan kemampuannya dalam berpolitik.
Sebagai kader Golkar, Bang Koy bergabung dalam tim sukses Anne Ratna Mustika (Bu Anne), kandidat bupati dari partai Golkar. Dalam perannya, ia dipercaya sebagai bagian dari Manajemen Penggalangan Opini (MPO), di mana ia bertugas menggalang dukungan terutama dari kalangan muda, khususnya Gen-Z. Dalam wawancaranya, Bang Koy menekankan pentingnya komunikasi politik yang santun, tanpa adu domba, serta aspirasi untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat dan mengadvokasi literasi digital, sesuai dengan latar belakang pendidikannya di bidang teknologi.
Bang Koy mengakui tantangan terbesar dalam dunia politik adalah merubah pola pikir masyarakat tentang politik dan melawan politik adu domba. Dengan berbagai aktivitas yang ia lakukan bersama tim sukses, Bang Koy berharap agar Bu Anne dapat membawa perubahan positif bagi masyarakat Purwakarta.
Di luar politik, Bang Koy memiliki hobi di bidang desain grafis, sering membuat ilustrasi atau banner di Canva, dan kadang menerima pesanan desain dari orang lain. Ia juga berharap agar masyarakat Purwakarta semakin cerdas dalam memilih calon pemimpin yang sevisi dan sejalan dengan kebutuhan mereka. Mari simak wawancara Nyimpang dengan Bang Koy di bawah ini.
Bisa cerita sedikit tentang latar belakang Abang? Nama lengkapnya siapa, lahir di mana dan kapan, serta gimana awalnya Abang terjun ke dunia politik?
Nama lengkap saya sendiri adalah Muhammad Hidayatullah. Saya lahir di tanggal 17 Januari 1996 di Purwakarta. Besar di daerah luar Plered, SMP-SMA di Cipulus, dan berkuliah di STT Wastukancana pada tahun 2017 di jurusan Informatika. Saya kuliah lima tahun di situ (2017-2022) karena satu tahunnya itu saya fokuskan untuk kegiatan BEM Aliansi di Purwakarta sebagai koordinator.
Apa nih yang jadi alasan terbesar Abang buat masuk ke dalam tim sukses Bu Anne?
Begini, jauh sebelum aku menjadi bagian dari tim sukses Bu Anne, sudah terpikirkan oleh aku untuk menjadi kader Golkar untuk semakin mematangkan kemampuan berpolitik Aku. Aku sendiri lulusan Golkar Institute. Karena menurut Aku, salah satu cara untuk membawa aspirasi-aspirasi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat itu iya melalui partai politik. Dari sini, kader-kader parpol bisa mewujudkannya lewat proses legislasi maupun pembuatan kebijakan di ranah eksekutif baik di tingkat pusat maupun daerah. Jadi, aku masuk ke dalam tim sukses Bu Anne sebagai bentuk komitmen dan loyalitas aku kepada partai Golkar.
Awalnya, gimana nih proses Abang bisa jadi bagian dari timses Bu Anne? Apakah ada proses atau tahapan tertentu yang mesti dilalui?
Proses tertentu yang gimana-gimana sih nggak ada iya. Iya, pokoknya balik lagi: aku adalah kader partai Golkar, aku mendukung setiap calon yang diusung oleh partai Golkar termasuk Bu Anne, dan karena aku berasal dari unsur kepemudaan, partai mempercayakan aku untuk masuk tim sukses Bu Anne di dalam posisi MPO (Manajemen Penggalangan Opini) yang beroperasi di dunia maya maupun dunia nyata. Aku berusaha untuk melibatkan anak-anak muda khususnya dari kalangan Gen-Z dalam diskusi-diskusi dan membawa aspirasi mereka ke dalam partai dan tim sukses.
Selama jadi timses Bu Anne, pengalaman apa yang paling berkesan bagi Abang?
Pengalaman yang paling berkesan itu ketika bisa terlibat secara langsung dengan dunia politik—aku bisa berkomunikasi secara langsung dengan pimpinan-pimpinan partai Golkar, dan bisa berkomunikasi juga dengan bupati. Rasanya nggak nyangka aja gitu. Dari hal ini juga aku merasa bahwa aku bisa mendapatkan banyak ilmu, wawasan, dan pengalaman terutama dari senior-senior aku untuk semakin mengembangkan potensi aku.
Kalau soal tantangan, apa aja yang menurut Abang paling berat buat dilalui selama mendukung Bu Anne? Gimana caranya Abang bisa melewati atau mengatasi tantangan tersebut?
Tantangan terberatnya yaitu dikasih kepercayaan untuk mengubah pola pikir usang dan tidak relevan dengan kondisi zaman, seperti contohnya adalah politik adu domba yang ada di sosial media. Saya pernah membaca tuh salah satu survei yang menyatakan bahwa Gen-Z itu tidak suka dengan politik yang memicu konflik yang menjelek-jelekkan pihak lain. Makanya pas pilpres waktu itu Prabowo-Gibran menang karena lawan-lawan politiknya sibuk menjatuhkan nama mereka. Dari sini kita dapat belajar bahwa berpolitik secara santun itu yang perlu kita wujudkan.
Apa yang menurut Abang jadi nilai unggul atau kelebihan Bu Anne dibanding calon-calon lain?
Menurut aku pribadi iya, kelebihannya Bu Anne itu baik, welcome, menjalankan tugas dan fungsinya secara benar, dan bisa belajar cepat mengenai dinamika politik yang terjadi iya, walaupun dia baru menjabat sebagai bupati Purwakarta 1 periode. Selain itu aku pribadi senang dengan gaya kepemimpinan beliau yang keibuan begitu yang bisa menyapa secara hangat kader partai yang lain dan bisa mengayomi kami.
Apa yang Abang rasakan tentang keterlibatan mesin partai politik Golkar dalam timses ini?
Partai Golkar itu partai yang telah berkiprah lama iya di Indonesia yang kaya akan pengalaman, jadi aku rasa kader-kader partai Golkar ini sangat militan dan sangat membantu dalam upaya pemenangan Bu Anne. Jadi iya secara mesin politik, partai Golkar ini totalitas dalam mendukung pemenangan Bu Anne.
Dari sisi personal, ada nggak pengalaman sebagai kader Golkar yang membuat kesan tersendiri?
Ada yaitu ketika pemikiran-pemikiran aku ditindaklanjuti dan dikirim ke dalam forum-forum. Rasanya tuh kehadiran aku dihargai banget begitu dan aku terpantik untuk bisa berkembang lebih baik lagi.
Apa yang paling Abang ingin capai atau lihat tercapai kalau nanti Bu Anne menang?
Kalau Bu Anne menang, aku sih berharapnya bisa menaruh atensi lebih kepada anak-anak muda iya khususnya Gen-Z untuk mengembangkan potensi mereka. Selain itu aku juga berkeinginan untuk semakin meningkatkan literasi digital dan integrasi dunia digital dalam kehidupan berpolitik. Aku ingin memberikan sumbangsih dari bidang yang memang merupakan background pendidikan aku yang berkaitan dengan hal tersebut.
Dalam bekerja sebagai timses, ada banyak tekanan atau ekspektasi, terutama dari masyarakat. Bagaimana Abang mengelola hal tersebut?
Kalau ekspektasi sih banyak dateng dari masyarakat. Jadi mereka dateng-dateng ke kita minta uang gitu, padahal kan itu nggak boleh. Jadi pada akhirnya masyarakat itu kami ajak diskusi sambil ngaliwet gitu tentang berbagai persoalan yang mereka hadapi dan bagaimana program-program Ambu Anne itu bisa membantu mengatasi hal-hal tersebut. Tapi kami tidak berhenti di situ saja. Setelah pilkada Purwakarta ini selesai, terlepas menang atau tidaknya (harapannya sih menang iya), aspirasi-aspirasi masyarakat juga akan kami advokasikan ke pemerintah misalnya. Jadi ada tindak lanjut yang konkret gitu.
Bagaimana pandangan Abang soal persepsi masyarakat tentang politik? Adakah yang berubah?
Nggak ada yang berubah iya. Tetep gitu-gitu aja sih: yang idealis tetap idealis, yang pragmatis tetap pragmatis. Tapi masih banyak juga masyarakat yang mau kehidupan di Purwakarta ini lebih baik.
Dalam keseharian, seperti apa sih rutinitas Abang di timses ini? Bisa diceritain sedikit bagaimana hari-hari Abang ketika kampanye berlangsung?
Rutinitasnya sih melakukan komunikasi politik dengan berbagai stakeholder seperti komunitas-komunitas dan berbagai organisasi seperti organisasi kepemudaan. Waktu itu kami sempat menjalin silaturahmi dengan komunitas supporter bola Viking. Kami menerima aspirasi-aspirasi mereka dan berdiskusi tentang berbagai persoalan yang ada di Purwakarta. Dengan komunikasi politik seperti ini, maka massa merasa dilibatkan: suaranya didengar dan ditindaklanjuti sebagai bahan pertimbangan utama untuk membuat aturan atau kebijakan.
Apa pesan atau saran dari Abang buat anak-anak muda yang ingin berkontribusi di dunia politik?
Saran aku sih mesti berani memulai dari bawah iya. Iya kalau misalnya kuliah gitu, mulai memberanikan diri untuk ikut organisasi kemahasiswaan. Kegiatan ini yang akhirnya semakin mengasah wawasan, kemampuan, dan kematangan dalam berpolitik. Dari sini orang bisa berdiskusi dan berbicara di mimbar-mimbar untuk membiasakan diri dengan kehidupan dunia politik yang memang kental akan adu gagasan.
Selain di politik, apa ada kegiatan lain yang Abang jalani? Mungkin bisa cerita sedikit tentang hobi atau kesibukan Abang di luar politik?
Aku senang graphic designing di aplikasi Canva—jadi aku tuh sering bikin ilustrasi atau banner gitu. Alhamdulillah dari hobi yang aku jalani ini, ada aja yang order. Aku beranggapan gitu bahwa handphone, komputer, atau gadget yang kita genggam itu adalah semacam alat produksi bagi kita. Hal ini bermakna bahwa kita bisa mempergunakan alat-alat tersebut untuk memproduksi atau menghasilkan value tertentu.
Terakhir, apa harapan Abang untuk masyarakat Purwakarta sendiri?
Harapannya sih udah bisa pinter dalam memilih paslon. Pilih yang sevisi dan sehati…pilih yang nomor 3. Hehehe.