

Kami melakukan wawancara dengan Arifin Rosadi, seorang pria kelahiran Sukoharjo, Jawa Tengah 7 April 1996. Arifin Rosadi adalah seorang yang pernah berkolaborasi dengan Yayasan Get Plastic, sebuah yayasan yang bergerak di bidang pengolahan sampah plastik. Kolaborasi keduanya lebih fokus dalam demonstrasi penggunaan bahan bakar dari sampah plastik untuk kendaraan.
Untuk mengetahui lebih lengkapnya, mari kita simak wawancara Minpang dengan Arifin Rosadi berikut ini:
Cekidot! *Anjay oldschool*
Halo Mas Arifin Rosadi! Saya manggilnya apa nih? Mas Arifin atau Mas Rosadi?
Halo juga Minpang! Hmm, panggil Mas Arifin aja deh.
Sebagai seorang yang gak gampang percaya, Minpang mau tanya serius nih, beneran gak, sih kalau Mas Arifin tuh pernah pake bahan bakar kendaraan olahan dari sampah plastik?
Lho, ya beneran dong Mas. Saya kan pernah nyobain waktu kolaborasi sama Yayasan Get Plastic. Pake vespa saya.
Oh, beneran ternyata. Terus gimana rasanya naik vespa pakai bahan bakar dari plastik? Apa motornya beneran jalan?
Rasanya ya sama halnya naik vespa aja, Mas. Cuma secara performa mesin tarikan lebih enteng dan secara emosional lebih bangga karena sampahnya ngumpulin sendiri, ngolah sendiri dan digunakan sendiri. Terharu campur bangga gitu.
Kalau bisa menggunakan plastik sebagai bahan bakar kendaraan, bisa dong kita gak usah beli bbm ke Pertamina seumur hidup?
Bisa. Bisa banget.
Tapi proses mengubah sampah plastik jadi bahan bakar itu susah gak?
Gak susah. Semua bisa mengoperasikan teknologinya.
Kalau teknologinya apakah ribet?
Untuk mesin pirolisia yang dirancang oleh Yayasan Get Plastic ini dapat mudah dipelajari untuk pengoperasiannya. Bisa dengan pendampingan untuk pengoperasian dan perawatan minimal 7 hari operator sudah bisa mengoperasikannya. Teknologi yang dikembangkan mempermudah pengoperasian.
Wah, kalau begitu bisa dong kita mengucapkan selamat tinggal pada Pertamina! Selamat tinggal Mr. Bahlil!
Untuk satu liter bahan bakar dari bahan bakar plastik itu butuh berapa banyak sampah plastik?
1,5 kg plastic jenis LDPE bisa menghasilkan satu liter bahan bakar setara bensin premium, kalau jenis plastiknya PP 1 kg plastik bisa menghasilkan satu liter solar. Jadi beda jenis plastik, beda jenis bahan bakarnya juga.
Wah, dengan jumlah sampah yang bejibun di Indonesia tentunya kemampuan mengubah sampah plastik jadi bahan bakar tentu bermanfaat sekali.
Benar banget, Mas.
Eh, itu Mas Arifin bisa dipilih sebagai kolaborator bersama Yayasan Get Plastik gimana ceritanya?
Ceritanya saya dulu memang ngumpulin sampah dan nyetor sampah plastik di mitranya Get Plastic yang ada di Jogja, terus sama founder-nya ditawarin untuk belajar di Bali. Bertepatan dengan saya yang lagi ada projek keliling Nusantara. Jadi saya terima karena merasa sejalan.
Sekarang saya ada projek Jelajah Jejak Jalur Rempah Nusantara. Bisa dipantau perjalanan kami di Instagram-nya @mentjari-nusantara. Gak lama lagi kita akan ke Aceh.
Wah, asyik dong jalan-jalan mulu. Nah, di Aceh kan lagi banjir bandang, Mas?
Nah, itu saya juga meniatkan untuk jadi relawan pasca bencana. Saya juga suka berkecimpung di kegiatan sosial dan suka anak kecil. Jadi kegiatan jelajah dan jadi relawan di satuin dalam satu rangkaian.
Ih, mantap kali tuh. Sekali dayung dua-tiga pulau terlampaui. Kalau tanggapan Mas Arifin soal bencana banjir bandang Sumatra ini gimana, Mas?
Tanggapan kami sih harus langsung turun dan bantu korban. Urusan nyalah-nyalahinya nanti aja. Masyarakat di sana saat ini lebih butuh sama bantuan kita, karena kami memang punya sebuah kata-kata yang berbunyi, “Siapa yang peduli adalah bagian dari kami.”
Jadi memang Mentjari Nusantara lahir dan didasari rasa dan peduli.
Wah, terima kasih atas kesediaan waktu dan perhatian juga keramahannya, Mas Arifin. Minpang jadi tambah pengetahuan lagi, nih soal bahan bakar berbakar plastik. Semoga lancar-lancar perjalanannya ya, Mas!
Terima Kasih juga! Senang bisa ngobrol-ngobrol sama Minpang.
Kesimpulan
Saat menyunting tulisan ini, Minpang lalu berpikir berapa banyak ruang yang bisa diselamatkan dari tumpukan sampah plastik? berapa banyak yang akan Minpang hemat jika ide mengubah plastik ini benar-benar bisa berjalan. Sampah plastik yang biasanya kita buang tanpa pikir panjang, ternyata bisa menggerakkan mesin, dan dalam kasus Minpang, akan bisa melepaskan dahaga si Usep.
Bayangkan betapa mandirinya rakyat apabila alat tersebut kemudian bisa dimaksimalkan. Dalam hati Minpang berkata, “Hehe dadah Bahlil, dadah oplosan.”
Di tengah bencana alam yang semakin nyaring, dengan segala video yang tentu saja bikin hati sedih, ngobrol dengan Mas Arifin adalah hal yang membuka harapan-harapan lain. Arifin dan kawan-kawannya justru menunjukkan bahwa energi bisa lahir dari Cikolotok dan Bantar Gebang, misal.
Yang bikin gongnya lagi kemudian ada pada keputusan Arifin untuk berhenti sejenak dari perjalanan dan jadi relawan di Aceh yang tengah kena banjir bandang. Kepedulian, rupanya, adalah bahan bakar lain yang membuat perjalanan hidupnya terus menyala.
Dari sini Minpang selalu meyakini bahwa “Satu kebaikan akan membawa kebaikan yang lain.” sebab tentu saja tidak mungkin ngomongin kepedulian alam kalau gak ngomongin kepedulian sesama.
Semangat terus ya Mas Arifin dan kawan-kawan Get Plastic!