Gaji? Cukup, cukup besar.
Karier? Mulus melesat.
Bisnis? Sebentar lagi soft launching.
Karya? Sudah banyak yang suka.
Jodoh? Aih! Sedikit lagi.
Mantap betul nasib Arko, Gala, Juwisa, Sania, Ogi, dan Randi. Para alumni kampus UDEL yang amburadul ini ternyata berhasil melawan tikus-tikus kehidupan tidak seperti Ce Arin yang melawan sepi saja belum bisa. Halalalala.
Sukses dengan buku pertamanya Kami (Bukan) Sarjana Kertas, yang sudah menjadi national bestseller, J.S. Khairen kemudian berlanjut ke seri kedua berjudul Kami (Bukan) Jongos Berdasi yang menghadirkan kisah kelanjutan hidup kelompok Ogi pasca beberapa tokohnya lulus dari kampus UDEL
Sedangkan untuk Kami (Bukan) Generasi Bacot ini mengisahkan lika-liku kehidupan Arko tak sesukses karier Ogi, Gala, Sania, Randi, bahkan Juwisa yang tangan dan kakinya patah pun karirnya malah melesat tajam.
Ditinjau dari judulnya aja udah “Wah berani banget ya”. Eits, tapi jangan salah. Banyak banget pesan-pesan yang bisa kita ambil dan diimplementasikan ke kehidupan loh. Novel Kami Bukan Generasi Bacot mempunyai alur maju. Tokoh dari novel ini masih sama dengan dua novel sebelumnya namun ada beberapa nama tokoh baru yang ikut meramaikan cerita. Para tokoh seperti Arko, Ogi, Gala, Sania, Randi dan Juwisa berjuang mewujudkan mimpi di tengah peliknya masalah masing-masing.
Gak ada istilah lelah untuk mewujudkan mimpi dengan cara menepis opini buruk orang lain dalam kerasnya kehidupan. Gelar sarjana tidak hanya sebatas secarik kertas saja, ataupun menjadi karyawan perusahaan saja. Kuliah, kerja, temenan sama Farid, menikah lalu mati, tidak sesimpel itu, kawan.
Semua tokoh dalam novel ini diceritakan ingin memiliki sebuah karya dengan cara dan passionnya masing-masing.
Semua memberi tekanan hebat pada Arko. Andai ia seperti kawan-kawannya, tinggal di megalopolitan. Pasti sudah melejit pula hidupnya. Semua kesuksesan teman-temannya itu membuat Arko tertekan. Ia ingat kembali istilah tukang foto, generasi bacot, berkarya dan berkaryawan. Ia ingin melakukan pembuktian.
“Tulislah mimpi-mimpi yang tidak masuk akal sampai kau geleng-geleng kepala bahkan sampai semesta bebisik. Kalau mimpi anak ini terwujud apa yang akan terjadi pada dunia ya. (J.S. Khairen – Kami Bukan Generasi Bacot)
Arko
Arko mempunyai adik bernama Puti yang sedang kuliah dan tinggal satu apartemen bersama Juwisa. Kehadiran Amak Arko, Puti, dan Arko menambah sedikit kebahagiaan untuk Juwisa. Dia dari kecil tak pernah mendapatkan perhatian dari sosok seorang ibu.
Arko adalah selebgram dengan jumlah followers yang sangat banyak karena keahlian dia memotret. Ya gak beda jauh lah sama saya meskipun followers saya sedikit, tapi setidaknya lebih banyak dari Arini. Ampun.
Arko pemuja rahasia Vanessa, gadis Italia yang ia gebet buat jadi pacarnya. Seiring berjalannya waktu, perhatian Arko tercuri hatinya saat membaca sebuah pesan dari akun bernama reree_put, dia gadis ibukota yang bulan-bulan belakangan sering berkontak, saling memuji, dan mengobrol dengannya di media sosial.
Singkat cerita Arko mendapatkan kabar buruk bahwa Amak yang di kampung telah tiada. Akhirnya rumah yang ditinggali Arko menjadi sengketa, sudah hampir tiga puluh tahun tak ada orang yang mengakui tanah. Namun seketika datang seseorang dengan membawa surat menyurat pembelian. Perjalanan hidup seorang Arko turun terus. Tak seperti kata pepatah bahwa hidup itu ada turun dan naiknya.
Kamera yang ia titipkan ke Rere berencana untuk dijual saja karena membayar utangnya tempo hari. Hingga akhirnya Rere meminta putus ke Arko tapi ini adalah rencana lain darinya. Rere membeli tiket untuk berkunjung ke kampung halaman Arko.
“Kalau kameranya mau dijual, sekalian jual mimpinya, harga dirinya, masa depannya.” Hunus Rere sambil tersengal-sengal.
Seketika itu Arko bingung, dan Rere langsung memeluk Arko.
“Mulai lagi, ya? Masa gini aja kalah,” bisik Rere.
Gala dan Tiana
Gala dan Tiana kembali rujuk, sebagai seorang istri Tiana akan bantu dan merestui Gala berbisnis dengan Ogi. Sementara Gala mengatakan,
“Kalau aku mau buat bisnis, itu adalah bisnis bersama istriku,”
Terdengar suara tangis Tiana. Mereka beradu di pintu, lalu saling tertawa tipis dan bertatap-tatapan dalam.
Sania
Sania, yang jauh dari peredaran, ternyata amat mulus perjalananya dibanding yang lain. Dulu ia karyawan berbagai perusahaan, hingga sudah dapat tempat kerja yang mantap, eh ia malah mengundurkan diri. Ini semua karena panggilan hatinya menjadi seorang rockstar.
Ogi
Ogi pun di tempat lain makin yakin dengan pilihan hatinya. Kini keyakinannya itu hanya milik hatinya sendiri, tapi juga merambat ke tiga kawannya. Perubahan mental Ogi sangat jauh sekali, dia sudah benar-benar matang. Ogi tak panik pada pemodal Tiongkok yang tidak menurunkan modal fase keduanya.
Juwisa
Juwisa menjadi lulusan Magister terbaik kampus UDIN, sedangkan Randi menjadi calon suami Juwisa yang sudah resmi melakukan lamaran ke Juwisa.
Buku ini bagus sekali dibaca bagi mereka yang putus asa menghadapi hidup seperti Kang Jojon. Tapi sebenarnya umum sih untuk semua kalangan, menurut saya bukan juga hanya untuk orang yang belum nembak udah ditolak duluan nggak ya. Ending dalam novel ini adalah ending terbuka artinya para pembaca bisa menerka sendiri. Hanya saja terlalu cepat endingnya karena masih seru nih dengan jalan ceritanya. Pesan moral dalam novel ini adalah setiap orang mempunyai keunikannya masing-masing dan jangan menyerah dalam mewujudkan mimpi seberat apapun bebannya, never give up.