Melihat bagaimana perjalanan hidup orang besar seperti Steve Jobs dan Gusdur, yang pas mudanya dicap nakal, jadi membuat saya bertanya-tanya: apa bisa pas mudanya nakal, pas dewasanya bakal sukses?
Masa remaja memang masa-masa yang paling indah. Di mana pencarian jati diri seseorang baru saja bermula. Masa di mana mereka ingin menunjukan eksistensinya. Untuk mendapatkan pengakuan atau agar dianggap keberadaannya di tengah-tengah masyarakat, dengan melakukan berbagai macam hal baik yang positif maupun yang negatif.
Nah, tindakan remaja yang negatif di tengah masyarakat inilah yang biasanya disebut kenakalan remaja.
Jika berbicara kenakalan remaja sudah tidak asing lagi di telinga kita, bahkan televisi, radio, dan berita digital dengan gencar memberitakannya.
Kenakalan remaja seakan tak pernah lekang akan waktu dan sudah seperti lingkaran hitam yang tak pernah putus, selalu sambung-menyambung dari masa ke masa bahkan dari hari ke hari semakin rumit.
Bahkan kita sering lelah mendengar berbagai macam bentuk kenakalan yang dilakukan para remaja tersebut. Kenakalan remaja di tengah-tengah masyarakat akan meresahkan anggota masyarakat, bahkan banyak orang tua yang merasa khawatir tentang perkembangan dan masa depan anaknya.
Banyak anggapan di masyarakat yang mengatakan bahwa remaja yang “nakal” tidak akan bisa sukses. Bahkan ketika saya SD pun saya sering mendengar guru saya mengatakan: “jadi anak itu jangan nakal biar nanti kalau besar jadi orang sukses”. Paradigma inilah yang menuntun pada suatu anggapan bahwa anak yang nakal tidak akan pernah bisa sukses.
Memang tidak menuntut kemungkinan bahwa masa remaja atau pada masa pubertas ini,para remaja mungkin penasaran untuk ikut-ikutan nakal. Lha yaa namanya pencarian jati diri. Dari mulai melanggar aturan sekolah, membantah omongan orang tua pasti pernah dilakukannya. Namun apakah ini menjadi penentu bahwa remaja tersebut tidak bisa sukses jika melakukan suatu “kenakalan”?
Saya mempunyai teman di SMA dia termasuk anak yang nakal. Sering membolos sekolah, tidak patuh pada aturan sekolah yang ada, jarang mengerjakan tugas, pokoknya bandel lah kalau kata guru saya.
Bahkan guru BK saya sangat menghafal teman saya ini dan pernah sesekali berkata: orang seperti itu apa ya bisa sukses,wong belajar aja tidak niat, lulus mau lanjut ke mana.
Namun setelah menamatkan SMA apa yang terjadi dia diterima di salah satu Pendidikan Pelayaran terbaik, bahkan teman saya yang termasuk rajin, menaati aturan yang ada,tidak pernah membolos pokoknya anak baik-baik lah. Dia belum bisa lolos di Pendidikan Pelayaran tersebut.
Bahkan raja oleh-oleh dari Pulau Dewata Bali Gusti Ngurah Anom pemilik toko oleh-oleh terbesar di Bali “Krisna” ini sempat berujar bahwa waktu kecil dia termasuk anak yang nakal karena sering bolos sekolah, baru bisa membaca setelah kelas 4 SD dan sering mendapat teguran dari gurunya karena kebandelannya.
Namun, lihatlah sekarang dia menjadi seseorang yang sangat sukses. Setidaknya menurut saya begitu.
Sebuah penelitian yang dipublikasikan jurnal Development Phschology dan dilansir Woman Day’s bahkan menunjukan bahwa kenakalan remaja tak selamanya buruk.
Penelitian ini menemukan kemungkinan bahwa seseorang yang nakal ketika remaja, bisa sukses saat dewasa. Analisis menunjukan bahwa anak yang nakal memiliki sifat melawan atau menantang membuatnya sangat gesit dalam mencari peluang saat dewasa dan juga mereka memiliki keinginan kuat untuk mempertahankan kepentingan dan tujuan pribadinya.
Artinya mereka akan cenderung mencari pekerjaan penuh tantangan yang berpotensi mendapatkan gaji yang lebih besar.Seorang anak yang cenderung memberontak juga mempunyai semangat yang tinggi.
Remaja yang nakal cenderung tidak menghabiskan waktu yang mereka miliki untuk mengambil kelas yang mereka tidak sukai. Dibandingkan menulis berlembar-lembar essay atau membaca berlembar-lembar semua buku pelajaran, mereka lebih memilih fokus pada apa yang mereka suka.
Hal ini lah yang menyebabkan banyak dari mereka yang mengetahui passion mereka terlebih dahulu sebelum orang lain.
Lihat saja Steve Jobs, salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia saat ini,ternyata menghabiskan masa perkuliahanya dengan hanya mengambil kelas tipografi saja yang ia sukai dan ternyata merupakan cikal bakal ditemukan perangkat yang sangat terkenal dengan logo apel tergigitnya.
Bahkan Presiden keempat kita bapak Gus Dur juga waktu muda terkenal akan kebandelannya. Beliau kuliah tidak pernah selesai, selama kuliah hanya nonton film dan ke perpustakaan saja, tapi ia bisa menjadi presiden.
Remaja yang nakal ini pun cenderung pandai membangun koneksi, ketika remaja yang lain sibuk membaca dan mempelajari berbagai hal, remaja yang nakal justru lebih memilih berkomunikasi dengan berbagai macam orang setiap harinya.
Di dunia yang sesungguhnya, kemampuan untuk berkomunikasi serta memiliki koneksi yang luas dapat menjadi aset penting dalam keberlangsungan sebuah karir.
Terlepas dari itu semua kenakalan remaja memang tidak dapat dibenarkan baik dari segi norma agama maupun norma masyarakat. Jika nakal namun seiring perkembangan waktu akhirnya menyadari apa yang dilakukan salah dan mau memperbaikinya maka tidak masalah sebab “kenakalan” tersebut bisa membuatmu belajar mengembangkan kepribadian.
Remaja yang nakal atau keliru sesaat bukan berarti akan kandas seumur hidup. Perjalanan hidup mereka baru dimulai, karena segala penghinaan dan kenakalan di masa lalu hanya bisa mewakili masa lalu. Orang yang nakal itu selalu punya kemungkinan menjadi sukses, apabila mereka punya keinginan untuk sukses dan bisa mengubah nakal mereka untuk kebaikan diri kalian.
Pada akhirnya kenakalan remaja tidak selamanya berarti buruk. Hanya saja, kita mesti tahu konteksnya. Kira-kira begitulah.
Se-frekuensi dengan saya. Anak nakal itu asyik, solidaritas nya tiada duanya