Under The Big Bright Yellow Sun (UTBBYS) nama band post-rock pertama yang saya dengar. Saya merasakan kekuatan magis dalam sebuah karya musik tanpa lirik ini. Suara gitar khas Telecaster dan gebukan drum yang ciamik menjadi kekuatan, tidak lupa dengan efek gitar delay yang tidak menyakiti telinga yang aftertaste-nya terasa seperti punya banyak uang tapi lupa nyimpen.
Musik post-rock setahuku ya eksperimen rock yang variasinya lebih struktur, akord, dan riff dari tradisional rock. Yang jelas, istiliah post-rock pertama kali digaungkan Simon Reynolds. Apakah konsep post-rock ini sama dengan konsep posmo? Entahlah. Biar Lord Farid yang jawab.
UTBBYS berhasil membuat saya terhipnotis layaknya serial televisi Uya-Kuya. Untuk teman-teman yang belum pernah dengar UTBBYS silahkan dengerin dulu, menurutku ini cocok untuk temen-temen yang suka baca buku sambil dengerin lagu, atau ngerjain skripsi yang gak kelar-kelar padahal mantan sudah menikah.
Ok, kembali ke UTBBYS dan musik post-rock. Kenapa saya menganjurkan Anda Para Penyimpang dan calon-calon legislatif mendengarkan ini?
Pertama, UTBBYS adalah band indie asal Bandung, urang sunda steh kudu bangga sama lokalitas. Kedua, UTBBYS bisa dibilang, menjadi pionir musik bergenre post-rock di Indonesia. Ketiga, band ini sudah dikenal di luar Indonesia, beberapa lagu mereka telah menjadi soundtrack film di Tiongkok bahkan menjadi lagu favorit di radio Filipina.
Saya yang notabenenya merupakan musisi di kota Purwakarta yang tidak terdaftar Unesco ini berpandangan bahwa musik itu tidak hanya bicara soal lirik melulu, ada banyak variabel didalamnya, intinya urang rek ngomong, musik adalah soal rasa (soul), kitu.
Musik-musik postrock adalah musik nirvokal yang menurut saya wajib didengar. Memang sangat sulit untuk mendengarkan musik tanpa vokal, perlu kesabaran dan mencari celah untuk menikmatinya. Tidak seperti Panji sakti, Pusakata, Fourtwnty yang kaya akan lirik-lirik serta tema-tema yang dekat dengan kita sampai kita bilang jir lirik na relate pisan jeung 41nk.
Cara menikmati musik postrock yang nirvokal sebetulnya mudah, yaitu dengan membuka kerelaan hati dan telinga untuk menerima jenis musik baru, dan bersabar seperti yang selalu dilakukan Si Arin. Hanya itu.
Kalau mau coba menikmatinya, cobalah Golden Day dari UTBBYS ini. Alunan Golden Day mengajak saya kepada perasaan beberapa tahun kebelakang, yang saat itu saya sedang senang-senangnya tanpa ada keluhan-keluhan yang serius macam pusing, batuk, pilek, seperti sekarang. Saya bisa merasakan pesan apa yang ingin disampaikannya. Senang, terharu, sedih, berduka dan yaudahlah lepasin aja, ikhlasin aja yang udah mah udah gitu.
Golden Day berhasil menyampaikan pesannya kedalam perasaan saya. Jujur, perasaan saat mendengarkannya sulit saya gambarkan melalui tulisan ini, ada beberapa alunan yang mengajak saya kembali ke masa lalu, ada juga yang membuat saya berpikir harus mulai ikhlas dengan kondisi saat ini, ada juga moment dimana saya ingin teriak di dataran tinggi dan meluapkan emosi atas yang sudah terjadi dikehidupanku. Sedih pokona mah lamun dicaritakeun mah.
Mungkin apa yang saya gambarkan dalam tulisan ini tidak bisa mewakili perasaan saya saat mendengarkan Golden Day. Cobalah temen-temen denger lagunya (dianjurkan pake headset, ya) kalau bisa sambil melamun di pagi hari depan rumah sembari minum teh dan garpit.
Under The Big Bright Yellow Sun adalah nama yang panjang untuk sebuah grup band, kalau diartikan perkata: Di Bawah Matahari Kuning Cerah Yang Besar. Tapi entah si pembuat mengartikannya bagaimana, yang jelas dari nama saja saya sudah suka. Catching gitu. Tentunya ini band asal Indonesia yang keren.
Dengerin aja sendiri Golden Day, dan kalau bisa nanti DM aku aja di Instagram @renaldikurniawant, bagaimana perasaanmu saat mendengarkan lagu UTBBYS-Golden Day. Biar nanti kita punya perasaan yang sama dan jodoh gitu. Chuaaaak!