Saya rasa dari dulu sampai sekarang, perselingkuhan dan perceraian public figure akan tetap ada. Toh, orang yang datang di layar kaca, yang muncul di TikTok dan Instagram kan bakal selalu ganti-ganti. Tapi ini hari, saya makin gak nyaman sama medsos yang isinya kasus selingkuh dan cerai semua.
Anggaplah, kita sama-sama sepakat bahwa selingkuh bukan hal yang baik dan bukan solusi yang tepat untuk hubungan yang telanjur amuradul. Saya rasa kita gak harus jadi korban untuk menyetujui hal itu, dan kita gak harus jadi pelaku untuk gak setuju hal itu juga. Semua aktivitas yang merugikan dan menyakiti orang lain hanya untuk ngikutin kehendak sendiri itu ya salah.
Masalahnya, ketika satu kasus mencuat, semua akun gosip di berbagai media secara intens menampilkan berita yang sama –meskipun dengan tingkat ketajaman konflik yang berbeda. Dilakukan secara berbarengan, di waktu bersamaan, dengan intensitas tinggi yang semuanya itu mirip seperti teknik marketing produk-produk teflon anti lengket yang digandrungi ibu-ibu termasuk saya.
Gak asyik kan jokes saya? ya memang gak asyik, sama seperti akun-akun sampah haus like yang jadi ladang julid netizen mahasuci, dan ujung-ujungnya pelaku kena cancel culture. Begini.
Seringnya, kasus perselingkuhan public figure berubah menjadi arena pertarungan sistem keroyok “Semua Lawan 1” yang langsung menyerang pihak orang ketiga. No offense. Sebagai catatan, saya bukan orang yang pandai menjaga hubungan, baik saya ataupun pasangan tentu pernah melakukan kesalahan dan pernah dan barangkali masih terseok-seok mempertahankan rumah tanggi.
Tapi setidaknya kami sadar betul itu orang ketiga gak tiba-tiba datang kalau gak diundang, dan dalam hal ini, bukan hanya laki-laki yang selingkuh. Perempuan juga selingkuh, kok. Ini faktanya. Gak selamanya pelaku perselingkuhan itu laki-laki berpasangan & perempuan simpanan, bisa juga perempuan berpasangan & laki-laki simpanan.
Rasa pengabaian, kurang perhatian, kebanyakan marah-marah, kekurangan duit, sampai kebanyakan duit pun digadang-gadang jadi alasan orang selingkuh. Malah ada istilah yang entah Firaun atau Jin Ifrit yang ngomong, intinya gini;
Kalau laki-laki selingkuh, berarti dia selingkuh karena nafsu (specifically, sexual activities) dan kalau perempuan selingkuh, berarti dia selingkuh karena kurang perhatian.
atau kalimat semacam gini,
Laki-laki selingkuh itu buat bercanda doang, tapi kalau perempuan yang selingkuh itu berarti dari hati.
Ini kocyag. Sejak kapan laki-laki tidak membutuhkan perhatian, dan sejak kapan perempuan seolah tidak punya nafsu #$%^&*@!? Lagipula, plis deh. Terlalu banyak konsumsi berita perselingkuhan, perceraian, itu dampaknya bisa jadi serius, lho:( misal,
- Curiga ke Pasangan Terus-Terusan
- Membatasi Ruang-Gerak Pasangan (karena curiga terus itu)
- Menghambat Produktivitas Keduanya (karena fokus pada kecurigaan yang belum tentu ada)
- Memicu Ketakutan, Kekhawatiran, dan Pertengkaran,
- Bikin Pikiran Keruh dan Gak Berpikir Positif
Belum lagi nanti ada dan kelihatan komentar semacam “Sekelas dia aja yang cantik begitu diselingkuhin, apalagi aku yang banyak kurangnya ini.” itu kan bibir-bibit insecure yang susah bikin kepercayaan diri ke-imboost lagi. Bener, kan?!
Padahal, gak semua orang itu selingkuh. Kalaupun semua orang selingkuh, menurut saya, ya saya gak harus tahu juga. Dan, maksudnya … ayolah. Semua orang pernah melakukan kesalahan. Kita gak boleh ngerasa diri paling suci dan paling setia.
Saya gak harus ikut-ikutan nge-bully orang lain yang saya gak kenal juga. Enggak. Saya itu gak pernah tahu hubungan orang lain itu seperti apa. Inget, ya. Gak ada yang tahu hubungan kita seperti apa kecuali pasangan dan diri kita sendiri. Gak semua orang hanya tertarik dengan aktivitas seksual, gak semua orang hanya tertarik dengan wajah dan ketubuhan, dan gak semua orang hanya tertarik dengan uang. Si A selingkuh mungkin alasannya ini, si B selingkuh mungkin alasannya lain.
Begitu juga rumah tangga orang lain, hubungan orang lain, kehidupan orang lain. Intinya ya udah lah. Selagi orang lain gak nyakitin dan omongannya ngaco, saya rasa biarlah kasus-kasus seperti ini tetap ada di ranah privat.
Toh kalau mau dukung, ya cukuplah komentar kalimat penyemangat, gak usah manas-manasin dengan komentar dan membandingkan tampilan pihak mana pun. Huhu. Hidup sudah melelahkan dan kita gak usah membebani pikiran dengan apa yang gak berpengaruh sama kita seperti kasus perselingkuhan dan Pemilu.
Jangan menumpahkan pengalaman personalmu di kolom komentar postingan berbau perselingkuhan, ya:( Ada banyak yang mesti kita perhatikan lebih daripada skandal-skandal semacam itu.
Krisis iklim jauh lebih darurat daripada itu semua.