Teriakan cekcok orang kuikuti sampai buntu menemui aku.
Aku Menolak Melewatinya seperti Sinta

Hantu yang Memainkan Lampu Kamarmu
mungkin aku bakal jadi hantu yang memainkan lampu kamarmu
mencari-cari perhatian supaya aku dapat kau temukan
pada pintu yang berderit dan dingin di ujung kaki yang selimutnya kau tarik sampai menggumpal di lenganmu yang tak kekar cenderung biasa saja
aku bakal merapal doa-doa dan mantra yang tak lagi berguna tapi setidaknya aku berupaya
Aku Menolak Melewatinya seperti Sinta
hari itu hujan mengekang dan sebilah api muncul dari balik jalan, aku menolak melewatinya seperti Sinta
aku berlari ke jalan-jalan sempit karena badai dan tsunami siap menggulungku
teriakan cekcok orang kuikuti sampai buntu menemui aku, lalu aku mendongak dan kutemukan tempat persembunyian kita di pangkuan Tuhan-Tuhan
Teralis jendela dan patung Buddha di baliknya: hei itu kamar kita!
Aku diselamatkan entah dewa atau apa
yang warnanya seperti matamu:
aku melihat hantu kita berdua di sana.
aku mengingat lantas kau tak di sini dan aku berfoto, tapi tak bisa kubawa kembali ke tempat terakhir aku terbaring
Aku Menjemput Sebagian Besar Diriku yang Hilang dan Dihancurkan di Sini
aku menjemput sebagian besar diriku yang hilang dan dihancurkan di sini
bising, bising sekali kudengar hantu dalam diriku mengaum
beberapa aku mungkin masih terbaring
mencari-cari di mana kujatuhkan diri sendiri terakhir kali
di jalan pulang menuju rumah lama yang sudah bukan milik kami berdua
aku tak ingat kapan terakhir pulang dan setelahnya tak ada yang disebut rumah sebab masing-masing kami mungkin meninggalkan sebagian diri di ruang-ruang di tempat itu.
aku berlari dan menanggalkan segalanya
Leave a Comment