
Masuk ke pemerintahan di era Jokowi dengan menjadi Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam Kabinet Indonesia Maju pada 2019, Bahlil kemudian ngehits sebagai penjahat yang pro (atau malah ngide bikin) UU Cipta Kerja, LPG 3Kg, Raja Ampat, dan seluruh polemik kekacauan di bumi! Pokoknya di mana bumi bermasalah, di situ ada Bahlil! Jangan lupa sampai bikin spanduk sendiri waktu zaman-zaman Gibran mau nyawapres dan heboh ijazah. 😭🫵🏻
Saat ini, Bahlil saat ini menjabat sebagai Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral. Nothing to lose lah, sama lahan basah lah, Lil!
Kan yang penting “Siapa pun presidennya, anggota kabinetnya harus tetap Golkar”
Memang, setiap gaya kepemimpinannya mengarah ke “pemudahan” kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan investasi dan kemudahan berbisnis di Indonesia.
Motivasinya jelas, sebagai orang yang sudah lama juga punya usaha konstruksi dan pertambangan, Bahlil tentu lah merasakan njelimetnya birokrasi yang rumit.
Bahlil mulai memasuki dunia politik dengan menjadi bagian dari pemerintahan Presiden Joko Widodo. Pada 2019, ia diangkat menjadi Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam Kabinet Indonesia Maju.
Posisi ini menempatkannya berada di garis depan untuk mendorong peningkatan investasi di Indonesia dan memperbaiki iklim usaha yang sering dipandang tidak ramah terhadap investor. (Baca: menempatkannya berada di garis depan untuk membuat asheng dengan mudah bikin pabrik di Indonesia)
Sebagai Menteri Investasi, Bahlil memiliki visi untuk mempermudah proses perizinan dan mengurangi hambatan-hambatan yang menghalangi masuknya investasi. Ya Omnibus Law ini satu diantaranya.
Ustas Bahlil yang baru-baru ini juga menjadi Ketua IRMA se-Dunia kemudian mendapat posisi strategis lainnya yaitu Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral. Kebijakan (kengacoan) terbarunya, monopoli perminyakan.
Setahu Minpang, ini bukan barang baru. Pertamina pun sejak awal didirikan memang menjadi sosok yang dominan dalam industri oil and gas dan diatur pula di UU No. 8 Tahun 1971.
Kemudian tak lama setelah 1998, UU Migas baru lah membuka ruang swasta dan mengakhiri monopoli Pertamina secara tidak langsung. Distribusi dan pembangunan kilang boleh dilakukan. Maka banyak juga “orang-orang tajir” yang akhirnya ramai membangun perusahaan pengeboran minyak atau dalam dunia industri disebut drilling. Meskipun namanya ngebor, Mbak Inul tentu tidak termasuk bagian dari ini. Dibelakangnya gak tahu juga tapi, karena Minpang juga gak tahu Mbak Inul punya perusahaan drilling atau enggak.
Anyway, perusahaan drilling ini bertugas untuk ngebor lahan-lahan konsumennya. Jadi misalkan Minpang tinggal di Purwasari, dan Minpang rasa di dalam tanah Purwasari itu ada minyaknya, maka Minpang bakal dengan mudah meminta perusahaan drilling untuk ngebor tanah itu. Ya begitulah.
Selain itu juga semua perusahaan “reseller” minyak bisa tuh jadi “reseller”nya Pertamina. Oh iya, tentu saja jangan dibayangkan minyak itu hanya bensin dan solar. Minyak pun dipakai untuk menggerakkan industri di sana-sini. Jadi banyak juga “reseller” Pertamina ini.
Meskipun begitu, di perusahaan tambang dan jasa pelayanan tambang, pemerintah mewajibkan pembelian solar dari Pertamina langsung. Perusahaan lain Minpang belum tahu.
Sehingga, secara langsung Pertamina menutup rezeki reseller untuk “jualan” ke perusahaan bidang tambang dan jasa pelayanan tambang. Sebagai reseller, tentu lah kesal. Ditambah, Pertamina membuat pipa-pipa yang ditanam di dalam jalan-jalan untuk jalur pengirimannya. Sehingga tentu lah, sebagai pembeli akan jauh lebih praktis kalau beli dari Pertamina. Selain memangkas waktu, taat peraturan juga.
Sampai saat ini, Pertamina tetap sangat dominan. Pertamina masih memiliki posisi mantap di banyak industri BBM, termasuk distribusi BBM ke banyak wilayah. Berbicara BBM, sebetulnya beberapa SPBU Swasta sudah boleh melakukan impor langsung “tanpa harus ngambil stok” di Pertamina. Jadi, bebas menentukan sumber lah.
Namun, setelah hilangnya kepercayaan masyarakat soal bensin oplosan ke Pertamina, yang ya sedikit-banyak memengaruhi angka penjualan, kemudian huru-hara politik, Yang Mulia Bahlil mulai terang-terangan kembali menjalankan praktik monopoli perminyakan. Aaargh! Landmark telah dibangun! *kalau kata Get Rich mah.
Alamak! Lagian serius, deh! Untuk ngisi bensin murah aja perlu QRIS, eh beli bensin mahal dioplos. Ya trust issue lah kami ini, Lil.
Dampaknya? Kelangkaan distribusi BBM swasta karena danya regulasi yang membatasi impor langsung oleh swasta tentu bikin beberapa orang ketar-ketir karena industri juga gak jalan dan stok Pertamina pun gak selalu ada!
Pengaruh subsidi dan harga ke masyarakat pun sepenuhnya diatur Pertamina (duet dengan pemerintah). Minpang lalu membayangkan drum minyak tanah dulu untuk bikin lampu di rumah nyala. Huft. Long time ago.
Jika kebijakan Bahlil terus berjalan seperti sekarang, bukan tidak mungkin di tahun 2029 kita akan menyaksikan Pertamina Get Rich. Kita bakal lihat Bahlil lebih banyak minum alkohol karena kecapekan nanda-tanganin SK Impor dan sibuk kerja, atau kita bakal lihat wajah Mulan Jameela sebagai ikon utama Pertamina.
Enggak tahu ah, pusing! Minpang minum kawa-kawa dulu saja.