Pengalaman Memancing di Laut Cilamaya

Memancing menjadi salah satu hobi yang banyak digemari masyarakat Indonesia saat ini. Bagi masyarakat urban yang kesehariannya hidup di kota, tentunya spot andalan adalah danau, rawa, dan sungai. Untuk merasakan memancing di spot berbeda seperti di rumpon dan laut lepas menjadi pengalaman yang sulit didapat dan memerlukan biaya yang cukup besar. Namun, tidak sedikit masyarakat perkotaan yang melakukan trip perjalanan memancing di laut. Seperti yang sedang kami lakukan ini: memancing di laut utara Karawang yang lokasinya tidak jauh dari tempat kami tinggal, menjadikan lokasi ini cocok untuk dicoba.

Kampung Tangkolak merupakan kampung nelayan yang letaknya di Kabupaten Karawang bagian utara, tepatnya di Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan. Mayoritas profesi masyarakat di kampung ini ialah nelayan. Seperti para nelayan pesisir pantai utara pada umumnya, alat tangkap yang digunakan ialah jaring dan perahu bertenaga mesin diesel. Selain itu, ada beberapa masyarakat yang membuat rumpon terapung dengan jarak 10 km dari bibir pantai.

Sabtu, 28 Juni 2025, kami tiba di Kampung Nelayan Tangkolak, Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan. Kami bertemu dengan Cap Edi yang akan memandu trip kami kali ini. Dari kejauhan terlihat Kang Anton, asisten Cap Edi, yang sedang mempersiapkan perlengkapan kapal.

Kami melanjutkan dengan beristirahat sembari menikmati suasana pagi dan ngobrol seputar spot nanti. Menurut Cap Edi, spot kali ini menjadi habitat ikan demersal seperti kakap merah dan kerapu, serta habitat ikan pelagis seperti ikan tenggiri dan giant trevally.

Pengalaman memancing memang bukan pertama kali untuk kami, namun memancing di laut adalah pengalaman pertama kami. Untuk itu kami disarankan memancing dengan teknik dasaran atau bottom fishing. Teknik ini melibatkan penggunaan rangkaian pancing dasar yang diberi umpan, lalu diturunkan hingga mencapai dasar perairan untuk menarik ikan yang biasa berada di area tersebut.

Di tengah kami sedang mempersiapkan piranti memancing, terdengar suara mesin perahu. Rupanya Kang Anton telah menyalakan mesin perahu yang akan kami gunakan.
“Jukunge wis siap, Kang,” ucap Kang Anton kepada Cap Edi dengan bahasa daerah mereka. Lalu kami diinstruksikan untuk bergegas mendekati perahu dan bersiap untuk berangkat.

Pukul 05.30 kami berangkat untuk melakukan perjalanan menuju spot rig Pertamina, dengan tiga angler: M. Rizky, Carma, dan Eman. Di sepanjang perjalanan, kami melihat masyarakat kampung yang sudah terlebih dahulu pergi mencari ikan, dengan variasi ukuran perahu, lukisan, dan tulisan warna-warni khas perahu nelayan pesisir pantai utara Karawang. Melihat keindahan laut Karawang dengan aktivitas masyarakatnya menjadi pemandangan yang tidak bisa kami saksikan setiap hari.

Setelah melakukan 1 jam perjalanan, kami tiba di spot rig Pertamina. Dengan cepat dan cekatan, Kang Anton menurunkan jangkar dan memperkirakan posisi yang sesuai.
“Posisine wis pas durung, Kang?” tanya Kang Anton ke Cap Edi.
“Kurang, rada barat daya setitik, Ton,” Cap Edi menginstruksikan sambil memosisikan perahu dan melihat GPS yang menjadi penunjuk arah. Setelah posisi dirasa pas, segera Kang Anton mengikat tali jangkar dengan kuat dan kami bersiap memancing.

Setelah menunggu kurang lebih 30 menit, akhirnya Carma, salah satu angler, merasakan tarikan luar biasa dari ujung joran andalannya.

“Aduh apa nihh!” teriak Carma sambil tersenyum lebar.

“Wahhhhh, strikeeee itu, Ndann!” ucap Rizky.

“Gulung pelan, jangan sampai mocel!” instruksi langsung dari Kang Anton.

Akhirnya, setelah menggulung reel dengan perlahan, seekor baby giant trevally, ikan target pertama kami di rig Pertamina, berhasil dinaikkan. Tak menunggu lama, kami saling bergantian strike. Rizky dan Eman menyusul strike. Setelah dirasa ikan mulai sepi, Cap Edi menginstruksikan Kang Anton untuk mengangkat jangkar dan kembali melihat GPS untuk melihat spot selanjutnya.

Sesampainya di spot ke-2, Kang Anton segera menurunkan jangkar dan Cap Edi memosisikan perahunya. Setelah dirasa pas, kami siap menurunkan umpan untuk memancing. Selagi kami memancing, Kang Anton tak mau kalah dan memancing dengan teknik kotrekan atau sabiki. Ternyata hasilnya lumayan, sekali strike lebih dari satu ekor. Memang teknik ini menargetkan ikan-ikan kecil seperti ikan kembung como dan ikan kuniran.

Kami pun bergantian strike. Carma dan Rizky berhasil mengangkat ikan kerapu, sedangkan Eman masih dengan ikan kembung komo dan kunirannya. Seperti para pemancing yang lain, kami lupa akan waktu. Matahari sudah mulai tenggelam, menandakan kita untuk mengakhiri keseruan ini. Kang Anton mengangkat jangkar dan Cap Edi melihat arah pulang dengan GPS andalannya.

Perahu melaju dengan pelan. Kami pun menikmati perjalanan pulang ditemani cahaya matahari yang semakin meredup. Matahari mulai tenggelam, dan pukul 18.30 kami sampai di dermaga Kampung Nelayan Tangkolak.

Trip mancing kali ini menjadi pengalaman berharga dan akan kami ceritakan ke teman-teman angler di kota agar mereka tertarik untuk memancing di laut Karawang dan merasakan pengalaman yang sama seperti kami.

Sekian cerita memancing kami dari Kampung Nelayan Tangkolak. Salam strikeee!

Foto awal keberangkatan. Dokumentasi: M. Rizki.

Spot rig Pertamina. Dokumentasi: M. Rizki.

Momen angkler strike. Dokumentasi: M. Rizki.

Momen mencari spot dengan GPS dan Fish Finders. Dokumentasi: M. Rizki.

Momen pembagian hasil memancing. Dokumentasi: Eman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like
Yuk Berkawan

Bareng-bareng kita berkarya dan saling berbagi info nongkrong di grup whatsap kami.

Promo Gack dulu, dech Ayooo Berangkat!