Ester Umbu Tara dalam Pengarsipan Pangan Lokal dan Pemberdayaan Perempuan

Bagi Ester Umbu Tara, pangan lokal bukan sekadar soal makan, melainkan identitas dan keberlanjutan. Lahir di Kupang, Nusa Tenggara Timur, ia mulai jatuh cinta pada dunia pangan saat mengikuti riset lapangan bersama salah satu yayasan non-profit. Sejak itu, misinya menjadi jelas: mengangkat pangan lokal agar tetap lestari dan dihargai dengan memberdayakan perempuan.

Sebagai pendiri komunitas Bapalok (Bacarita Pangan Lokal), Ester aktif mengarsipkan dan mendokumentasikan tanaman pangan khas berbagai daerah. Lewat tulisan, fotografi, dan proyek audiovisual, ia berupaya memastikan bahwa pangan lokal serta peran perempuan dalam rantai produksi dan distribusinya tidak hilang begitu saja. Dua bukunya, Food, Land, and People (2020) serta Puan dan Pangan (2022), menjadi bukti nyata dari dedikasinya.

Selain kesibukannya di Bapalok, Ester juga menjalani berbagai kegiatan sebagai freelancer dan relawan. Ia menulis, mengedit video, menjual bunga, hingga menjadi relawan di Forum Risiko Penanggulangan Bencana.

Perjalanan Menuju Bapalok

Minat Ester terhadap pangan lokal bermula saat ia bergabung dalam Yayasan Pikul, yang mengajak peserta meneliti dan menulis tentang pangan lokal di media sosial. Dari sana, ia menyadari bahwa makanan pokok masyarakat tidak terbatas pada beras.

Banyak pangan lokal yang sebenarnya berkualitas tinggi seperti sorgum atau ubi keladi, tetapi sering kali dianggap sebagai “makanan orang miskin.” Stigma itu yang mendorongnya untuk mulai mendokumentasikan pangan lokal dan keterlibatan perempuan dalam proses produksinya sejak 2019. Namun, baru pada 2022, komunitas Bapalok terbentuk secara lebih terorganisir.

Bapalok tidak hanya bertujuan untuk mengarsipkan pangan lokal, tetapi juga menjadi penghubung antara perempuan produsen pangan dengan konsumen. Melalui media sosial dan jejaring komunitas, Bapalok berusaha memperluas pasar pangan lokal tanpa mengorbankan nilai keberlanjutannya. Ester dan timnya terus mengupayakan pendanaan serta memperkuat komunitas agar tetap mandiri.

Perempuan dan Pangan

Dalam bukunya Puan dan Pangan (2022), Ester mengarsipkan pangan lokal dari berbagai desa di Pulau Timor. Meskipun masih dalam satu wilayah, setiap desa memiliki menu khas dengan proses produksi yang berbeda. Buku ini menyoroti bagaimana perempuan memegang peran sentral dalam mempertahankan pangan lokal—mulai dari menanam, mengolah, hingga mendistribusikannya.

“Setiap hidangan yang tersaji di meja makan pasti melibatkan perempuan. Itu sebabnya, mereka harus dilibatkan dalam kebijakan pangan, karena merekalah yang paling terdampak dan memiliki pengetahuan turun-temurun terkait resep serta teknik pengolahan makanan,” ujar Ester.

Selain menulis, Ester juga kerap berinteraksi dengan kelompok perempuan di desa yang aktif mengelola pangan lokal. Ia belajar banyak dari mereka tentang bahan pangan yang melimpah, tetapi belum mendapat tempat layak di pasar.

Tantangan dan Harapan Bapalok

Namun, perjuangan mempertahankan pangan lokal tidak mudah. Salah satu tantangan utama adalah akses pasar bagi perempuan yang ingin menjual produk mereka. Pemerintah memang menyediakan pelatihan, tetapi tanpa dukungan pengembangan pasar, usaha kecil berbasis pangan lokal sulit berkembang.

Ester bersama komunitasnya berusaha mencari solusi dengan menghubungkan kelompok produsen pangan lokal perempuan dengan akses ke konsumen melalui sosial media dan cerita dari mulut ke mulut.

Selain itu, krisis iklim menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan lokal. Di beberapa daerah rawan banjir, perempuan yang bergantung pada pertanian lokal menghadapi kesulitan besar dalam mempertahankan produksi mereka.

Di sini kita jadi berpikir, apabila kita peduli isu lingkungan hidup, berarti kita juga berpihak pada pelestarian pangan lokal.

Tapi, di tengah berbagai tantangan itu, ada banyak momen berkesan yang semakin menguatkan komitmen Ester. Salah satunya adalah saat ia berkunjung ke desa dan menikmati pangan lokal langsung dari sumbernya. “Bertemu dengan para perempuan yang mengolah makanan, mendengar cerita mereka, dan mencicipi hasil tangan mereka adalah pengalaman yang sangat berharga,” katanya.

Mengajak Anak Muda Terlibat Pengarsipan Pangan Lokal

Bapalok kini telah melibatkan sekitar 14 orang yang aktif dalam kampanye dan dokumentasi pangan lokal, terutama melalui Instagram. Bagi anak muda yang ingin berkontribusi, Ester menyarankan untuk mulai dengan mencatat, mengarsipkan, dan mencoba pangan lokal dari daerah masing-masing.

“Jika kita peduli dengan pangan lokal, kita harus mengarsipkan dan menyebarkannya agar manfaatnya bisa dirasakan lebih banyak orang,” tutupnya.

Minpang di sini~

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You might also like
Yuk Berkawan

Bareng-bareng kita berkarya dan saling berbagi info nongkrong di grup whatsap kami.

Promo Gack dulu, dech Ayooo Berangkat!