Kepemimpinan bupati baru Purwakarta diuji dengan tantangan pembangunan berbasis data, keseimbangan sektor industri, jasa, dan infrastruktur untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Purwakarta di Tangan Om Zein: Ekonomi Tumbuh atau Rubuh?

Setelah melalui proses pemilihan yang cukup dinamis, Bapak Saepul Bahri Zein, atau yang dikenal dengan Om Zein, resmi menjadi Bupati Purwakarta terpilih. Kini, pertanyaan yang menggantung di benak masyarakat adalah: ke mana arah pembangunan Purwakarta di bawah kepemimpinannya? Masyarakat tidak hanya menunggu janji, tetapi juga kebijakan yang berbasis data dan realitas ekonomi daerah.
Purwakarta bukan sekadar kota transit di antara dua megapolitan, Jakarta dan Bandung. Kabupaten ini memiliki karakter ekonomi yang khas, didukung oleh sektor industri pengolahan dengan Location Quotient (LQ) sebesar 2.8, pertambangan dengan LQ 1.9, serta perdagangan besar dan eceran dengan LQ 1.5. Berdasarkan analisis LQ, Lokasi Indeks (LI), Spesialisasi Indeks (SI), dan Shift Share Analysis (SSA), terlihat jelas bahwa sektor industri pengolahan adalah tulang punggung ekonomi Purwakarta.
Industri: Tulang Punggung atau Tulang yang Retak?

Industri pengolahan di Purwakarta mencatat nilai LQ tertinggi, menegaskan bahwa sektor ini bukan hanya dominan, tetapi juga menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi daerah. Namun, industri yang kuat juga membutuhkan ekosistem yang sehat.
Infrastruktur, regulasi investasi, serta kebijakan ketenagakerjaan yang berpihak kepada kesejahteraan pekerja harus menjadi perhatian utama bupati. Jika tidak, dominasi industri ini hanya akan menjadi “tulang yang retak”—tampak kokoh di luar, tetapi rapuh di dalam.
Dalam konteks ini, akademisi Richard Florida, dalam bukunya The Rise of the Creative Class, mengingatkan bahwa ekonomi yang maju tidak cukup hanya bergantung pada industri manufaktur, tetapi juga harus membuka ruang bagi inovasi dan sektor berbasis kreativitas. Purwakarta belum bisa sepenuhnya menggantungkan diri pada industri pengolahan tanpa memperhitungkan diversifikasi ekonomi.
Salah satu langkah konkret yang dapat diambil adalah dengan meningkatkan investasi dalam riset dan pengembangan teknologi, sehingga industri tidak hanya bergantung pada tenaga kerja murah, tetapi juga mampu menciptakan nilai tambah yang lebih besar. Selain itu, pemerintah daerah perlu memberikan insentif bagi UMKM dan industri kreatif agar struktur ekonomi lebih seimbang dan tahan terhadap goncangan eksternal.
Pembangunan Infrastruktur: Sekadar Proyek atau Solusi Nyata?
Sektor konstruksi dan perdagangan besar memiliki LQ sebesar 1.5, menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur dan aktivitas ekonomi berjalan cukup pesat. Namun, pertanyaannya: apakah pembangunan ini merata atau hanya berpusat di beberapa wilayah tertentu?
Dalam bukunya The Mystery of Economic Growth, Elhanan Helpman menekankan pentingnya kebijakan pembangunan yang tidak hanya fokus pada infrastruktur fisik, tetapi juga penguatan modal manusia dan institusi. Pembangunan jalan, jembatan, dan kawasan industri memang penting, tetapi tanpa penguatan sumber daya manusia, semua itu bisa menjadi sekadar proyek mercusuar tanpa dampak jangka panjang.
Untuk menghindari jebakan pembangunan yang tidak berkelanjutan, pemerintah perlu memastikan bahwa setiap proyek infrastruktur memiliki manfaat jangka panjang yang dirasakan oleh masyarakat luas, bukan hanya menguntungkan segelintir pengusaha besar. Kebijakan transportasi dan logistik yang efisien juga harus diterapkan agar distribusi barang dan jasa lebih lancar serta biaya produksi lebih kompetitif.
Optimalisasi Sektor Jasa
Sementara industri dan konstruksi tumbuh pesat, sektor jasa masih berjalan tertatih-tatih. Jasa keuangan, pendidikan, dan kesehatan memiliki nilai LQ di bawah 1.0, menandakan bahwa sektor ini belum berkembang optimal. Padahal, jika melihat pengalaman daerah lain, sektor jasa yang kuat sering menjadi penopang pertumbuhan jangka panjang.
Joseph Stiglitz, peraih Nobel Ekonomi, dalam bukunya Creating a Learning Society, menyebutkan bahwa ekonomi modern harus berorientasi pada peningkatan kapasitas belajar dan inovasi. Jika sektor pendidikan dan kesehatan di Purwakarta terus tertinggal, maka sulit membayangkan daerah ini bisa bersaing di era ekonomi berbasis pengetahuan.
Sebagai langkah strategis, Purwakarta harus mulai mengembangkan sektor jasa berbasis teknologi, seperti layanan keuangan digital dan telemedisin, untuk mempercepat akses masyarakat ke layanan berkualitas. Pemerintah juga harus mendorong investasi di sektor pendidikan agar tenaga kerja lokal memiliki daya saing lebih tinggi.
Keberlanjutan dan Keberpihakan Bupati Baru
Berdasarkan analisis SSA, sektor industri pengolahan mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 5.6% per tahun, diikuti sektor konstruksi sebesar 3.8%, sementara sektor jasa tertinggal dengan pertumbuhan hanya 1.2%. Ini menunjukkan bahwa Purwakarta masih memiliki banyak pekerjaan rumah dalam meningkatkan daya saing daerah. Jika kebijakan ekonomi yang diterapkan hanya bersifat reaktif dan bukan strategis, maka pertumbuhan ekonomi daerah akan berjalan stagnan.
Ke depan, Bupati Purwakarta terpilih perlu memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan berorientasi jangka panjang dan inklusif. Jangan sampai pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya dinikmati oleh segelintir kelompok elit, sementara sebagian besar masyarakat masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar.
Sebagai bupati baru, Om Zein memiliki kesempatan untuk mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai pemimpin yang benar-benar membangun Purwakarta, bukan sekadar mengelolanya dengan ambisi belaka.
Arah pembangunan Purwakarta kini ada di tangannya. Pertanyaannya, apakah ia akan membawa daerah ini ke arah kemajuan, atau justru masuk ke dalam siklus stagnasi yang sama?
Waktu akan menjawabnya.
Leave a Comment