Besok dan lusa sudah masuk libur, berarti nanti malam saya harus bergadang. Apapun kegiatannya, kalau besoknya libur pokoknya harus bergadang! Kalau aja harga bensin gak naik dan konstruksi aspal Cikopo itu mulus seperti kisah cinta orang lain, saya sudah dugstak di Hexa, atau motoran keliling Purwakarta sama Farid, bahkan mabar sama Rey yang selalu salah sebut hero.
Tapi kalau hujan tuh aaaduh, udah paling bener diem di rumah emang. Apalagi coba kalau bukan karokean atau nonton film? Berhubung Ayah saya masih dalam pemulihan, jadi karokean bukan pilihan yang bijak. Sedangkan ngomongin film, saya suka loh genre film yang bisa banget jadi asupan mood, sejenis film chickflick gitu. Buat yang belum tau, Chickflick itu film yang –basically selalu happy ending– dan pemeran utama mayoritas ‘perempuan’ dan ceritanya seputar kehidupan remaja. Ya, sejenis roman picisan atau chicklit di dunia film, lah. Ya, gimana ya. Rasanya ‘ringan’ aja. Emosi saya gak banyak terpengaruh juga, dan memang nontonnya 100% buat nge-chill gak pake ar. Archill dong? Gatau ah.
Nanti malem saya kayaknya bakal menonton ulang film-film Chickflick favorit saya, deh.
1. Legally Blonde
Kayanya, ini chickflick favorit saya, deh. Soalnya jujur aja, saya belum nonton film lain yang memberikan karakter yang ngejeblag sebagai objek stereotip netizen. Hahah, sepertinya juga film ini akan saya bahas secara tersendiri deh di konten berikutnya.
Jadi, Legally Blonde merupakan kritik sosial terhadap anggapan bahwa blonde itu gak lebih dari Barbie yang gak punya otak. Mereka berpikir, blonde itu modal tampang doang. Tokoh utamanya blonde, dan digambarkan cemerlang di modeling dan fashion. One day, dia patah hati dan mencoba menarik dapetin lagi mantan pacarnya dengan masuk jurusan Hukum dan bercita-cita jadi cumlaude. Nyatanya, dia emang gak pinter-pinter amat, tapi dia seriously berproses dan membuktikan bahwa dia gak sebodoh yang orang-orang kira. Bahkan dia berhasil menangin sebuah kasus yang gak bisa ditanganin murid ter-ambis di kampusnya. Keren, kan? Ringan, mudah dicerna, tapi maknanya dalam dan sangat cheerful pembawaan film ini.
2. Mean Girls
Pemaknaan film Mean Girls yang saya tangkap adalah gini… kalian pernah dengar gak sih quotes yang bilang bahwa, ketika kita jadi haters (haters banget pokoknya gue benci banget sama dia!) secara gak sengaja, kita akan meniru yang kita benci. Mulai dari cara mereka berpakaian, body language mereka, sampai perilaku dan cara berpikir mereka bakal kalian tiru. Tuh, itu ruginya kalau kalian terlalu membenci seseorang. Tokoh yang awalnya di-bully, malah dia yang jadi nge-bully. Seru, kan?
3. 13 Going on 30
Nah ini. Kalian yang masih muda pengen cepet-cepet dewasa cuma buat pengen legalisasi alkohol dan staycation, atau nongkrong santai pegang rokok tapi gak ada yang larang, nih kalian harus tahu film ini. Jadi dewasa itu gak cuma soal bersenang-senang, guys. Misal hari ini lu berusia belasan, terus lu doa deh minta sama Tuhan
“Ya Tuhan, aku mau dewasa dan banyak duid aja aku mau dugstak Tuhan.” Atau “Ya Tuhan bisa tolong skip masa remaja aku gak sih. Aku sakit hati sekali sama kekasih dan teman-temanku.”
Hey, guys. Menjadi dewasa itu tidak seindah dugstak, alkohol, staycation, dan merokok. Kalian itu harus siap bekerja, mempertahankan karir kalian dengan mempertahankan sikutan orang, kalian harus mampu membiayai diri (atau bahkan keluarga kalian). Percayalah, itu semua tidak mudah. Nonton film ini, deh!
4. Clueless
Kalau untuk Clueless ini, saya rasa oke juga. Tokoh utama digambarkan sebagai gadis ‘sempurna’ dan selalu berharap jadi yang terbaik gitu di segala hal. Cuman, jatohnya terlalu ‘ikut campur urusan orang’.
Hal itu juga kadang terjadi kan, di realita? Ada aja kadang orang yang kita bahkan gak pernah cerita masalah kita ke dia, tapi dia tuh dengan sukarela ngurusin urusan kita.
Tapi inilah yang saya suka dari film-film chickflick, ringan, tapi pemaknaannya dalem. Eh bergantung siapa yang nonton dan memaknai sih. AHAHAHAH. Lah bener, kan?
5. The Parent Trap
Dua kembar yang terpisah dan ketemu di semacam acara Persami/Jambore secara gak sengaja ini bikin greget banget, deh! Lucu dan renyah, kaya omong kosongmu. Hihi. Eh serius, Lindsay Lohan gembil banget di sini woy.
Ceritanya orang tua mereka pisah dan mereka berencana menyatukan kembali dengan tuker nasib.
Nah itu dia tadi tuh. Film-film chickflick rekomendasi saya. Duh, ternyata bikin konten gini lebih memakan waktu, ya. Btw, guys. tapi beneran, loh. Kadang ketika membatasi diri untuk suka sama genre-genre tertentu aja, justru kita membatasi kemampuan pembacaan kita terhadap sesuatu. Sama seperti penilaian terhadap manusia, kan? Ketika dari pertama kita ngelihat dan kita udah nge-judge, maka secara gak langsung kita membatasi hal-hal positif yang bisa didapatkan kalau berteman dengan orang yang kita judge itu. Wow. Bijak sekali istri Nicholas Sap