2023 disebut sebagai tahun politik. Ya jelas saja, wong Capres-Cawapresnya lagi khusyuk-khusyuknya caper biar menang. Tahun ini juga menjadi waktu yang pas bagi para petahana legislatif maupun penantangnya untuk saling berlomba menampilkan sisi terbaik mereka kepada warga masyarakat. Tentu saja dengan janji-janji politik yang serba maniez. Mereka semua, entah itu Capres-Cawapres maupun para caleg akan segera menjelma bak malaikat politik bagi konstituen.
Maka tak heran jika muncul jokes begini,
“Jika ada orang yang mendadak baik banget, kita patut curiga, jangan-jangan dia mau nyalon.”
Ya gak papa sih baik-baikin warga di tahun politik ini. Saya malah berharap semoga terus begitu sampai akhir waktu. Meskipun harapan tersebut terdengar sangat palsu, Oops.
Sebagai warga akar rumput, saya tidak mempermasalahkan janji politik yang bertebaran tersebut. Malah saya ingin mengusulkan beberapa hal yang bisa dijanjikan pasangan Capres-Cawapres dalam kampanye mereka agar bisa menang di Pemilu 2024 nanti.
Belajar dari tahun-tahun politik yang lalu, saya kira rakyat sudah hafal betul template angin surga yang biasa diumbar oleh para calon dalam kampanye. Maka untuk tahun ini, janji-janji tersebut perlu dipoles lebih baik untuk mendorong fantasi pemilih agar lebih liar lagi. Berikut saya beri beberapa contohnya:
Apa-Apa Gratis
Saya kira warga +62 ini sangat suka terhadap segala sesuatu yang gratisan. Maka untuk menjaring suara sebanyak mungkin, menjanjikan banyak hal yang serba gratis bisa jadi kuntji.
Yang paling umum adalah janji pendidikan gratis. Nah, jika tahun-tahun lalu janji gratisnya hanya sampai level SMP saja, maka tahun ini gratisnya harus sampai kuliah, dong. Bayangkan betapa bermartabatnya negara ini jika semua anak bangsa bisa mengenyam pendidikan hingga S1 dengan gratis.
Itu baru di bidang pendidikan saja. Ada baiknya juga jika para calon juga menjanjikan gratisan di bidang lainnya. Misalnya pengobatan gratis, baik pengobatan fisik maupun mental. Transportasi massal harusnya juga disediakan for free untuk menunjang mobilitas kelas pekerja. Tapi sebelum menggratiskan hal-hal besar tersebut, ada hal remeh yang perlu diurus dengan serius. Biaya parkir di ATM wajib gratis. Itu saja dulu.
Subsidi BBM dan Bahan-Bahan Pokok
Ada satu isu yang selalu tampak sexy dan jadi bahan piomongeun di setiap kampanye pemilu: kenaikan harga BBM. Kita tahu bahwa harga BBM yang melonjak pasti mengerek harga bahan-bahan pokok lain. Akibatnya, daya beli masyarakat menjadi turun.
Hal ini bisa menjadi ladang janji bagi para calon. Janjikan saja subsidi sebanyak-banyaknya untuk BBM ini. Idealnya sih harga bensin cukup 2.000/liter seperti di zaman saya kuliah dulu.
Subsidi juga perlu diberikan untuk kebutuhan pokok yang lain seperti beras, minyak, dan tentu saja Indomie. Ini penting karena menyangkut urusan perut rakyat. Ingatlah bahwa perut yang lapar –apalagi jika jumlahnya jutaan- bisa menyulut revolusi. Presiden terpilih nanti tentu tak ingin revolusi ini terjadi, kan. Apalagi dengan label Revolusi Indomie, sungguh tak elok.
Jangan lupa juga untuk memberi subsidi pada tembakau. Bahkan jika perlu bebaskan cukai tembakau untuk menurunkan harga rokok. Percayalah bahwa sampeyan pasti akan terpilih jika bisa menurunkan harga Surya dan Djarum Super jadi 5.000/bungkus.
Tunjangan Ini-Itu
Tidak semua warga mampu mengurus kehidupannya sendiri secara mandiri. Maka kehadiran Capres-Cawapres diperlukan untuk menjanjikan tunjangan-tunjangan ini dan itu. Contohnya adalah tunjangan hari tua bagi mereka yang kurang mampu. Dengan tunjangan itu, saya rasa mau manulanya sebanyak apa pun, tidak akan sampai memunculkan generasi sandwich yang nelangsa.
Tunjangan juga perlu diberikan kepada fresh graduate yang belum beruntung mendapatkan pekerjaan. Ini penting sebab mereka pasti memikul beban mental yang berat. Lulusan S1 kok masih nganggur dan kere. Dengan tunjangan ini mereka ya masih nganggur juga sih, tapi at least ndak akan kere-kere amat.
Ada lagi yang cukup urgent, yaitu tunjangan bagi mereka yang menyandang status jomblo menahun. Tunjangan jomblo ini diharapkan bisa mengurangi beban mereka yang kurang beruntung dalam urusan asmara. Boleh juga dimasukkan ke dalam amanah undang-undang, misalnya: fakir cinta dan tuna asmara difasilitasi oleh negara.
Buka Lapangan Pekerjaan Seluas-luasnya
Last but not least, adalah lapangan pekerjaan. Masyarakat perlu dijanjikan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya, dengan standar gaji setinggi-tingginya. Sebab akan lucu jika setelah pendidikan gratis sampai jenjang perkuliahan tercapai, namun tidak ada lapangan pekerjaan untuk menampung mereka. Dan kalau bisa mah jangan meminta semua lulusan S1 untuk membuka UMKM ternak lele, apalagi cuma jadi MC. Gengsi tau.
Sebenarnya selama ini lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah sudah cukup luas, dan dengan besaran gaji yang layak. Ada banyak kok pekerja pabrikan dengan gaji hingga 35 jutaan. Tak sedikit pula ART yang mendapat bayaran 8 jutaan. Yups, di Korea dan Hong Kong sono. Maka cukup janjikan gaji segede itu bisa didapatkan oleh buruh pabrik dan ART di Indonesia sini.
Itu tadi beberapa hal yang bisa dipoles dan dijanjikan oleh Capres-Cawapres agar bisa menang di Pemilu 2024. Tapi mohon maaf, saya ndak bisa memikirkan bagaimana cara merealisasikan janji-janji tersebut. Sebab yang saya tahu, kampanye kan urusannya cuma bikin janji, perkara realisasi itu urusan nanti. Begitu, bukan?